Dua tahun lalu, peluncuran taksi tanpa pengemudi di San Francisco menemui hambatan. Protes meletus atas masalah keselamatan dan potensi kehilangan pekerjaan, yang dipicu oleh insiden awal yang melibatkan Cruise, anak perusahaan GM. Peristiwa yang sangat mengejutkan—di mana kendaraan Cruise menabrak dan menyeret pejalan kaki—bersamaan dengan tabrakan dengan truk pemadam kebakaran, menyebabkan kendaraan Cruise disingkirkan sementara dari jalan-jalan kota. Banyak yang percaya bahwa hal ini menandakan berakhirnya ambisi kendaraan otonom di pusat AI industri teknologi.
Namun, Waymo Google mengadopsi strategi yang lebih terukur dan tetap beroperasi selama turbulensi. Saat ini, San Francisco telah menjadi kisah sukses yang mengejutkan bagi taksi tanpa pengemudi, dan Waymo semakin diterima meskipun masih ada tentangan.
Pergeseran ini kini akan semakin intensif ketika Amazon memasuki persaingan dengan taksi robot Zoox-nya. Setelah pengujian awal di Las Vegas sejak September, Amazon meluncurkan program uji coba gratis di San Francisco pada hari Selasa. Rencana ekspansi mencakup Miami dan Austin, Texas, tetapi San Francisco menandai pasar besar pertama di mana Waymo dan Zoox akan bersaing secara langsung.
Mengapa hal ini penting: Kebangkitan taksi tanpa pengemudi di San Francisco—walaupun mengalami kemunduran pada awalnya—menunjukkan titik balik yang penting. Kegagalan awal, seperti insiden keselamatan Cruise, memicu reaksi publik dan pengawasan peraturan. Namun kegigihan Waymo, ditambah dengan masuknya Amazon, menunjukkan bahwa industri ini beradaptasi dan belajar. Persaingan antara Waymo dan Zoox kemungkinan akan mempercepat pengembangan dan mendorong batas-batas teknologi kendaraan otonom di lingkungan perkotaan dunia nyata. Keberhasilan atau kegagalan layanan ini di San Francisco akan menjadi indikator utama bagi masa depan transportasi tanpa pengemudi yang lebih luas.
Fakta bahwa San Francisco telah menjadi tempat uji coba, meskipun ada penolakan pada awalnya, patut dicatat. Lingkungan perkotaan yang padat dan populasi yang maju dalam teknologi menjadikannya lokasi yang ideal untuk menyempurnakan sistem otonom dalam kondisi yang menantang. Pembelajaran yang didapat dari sini kemungkinan besar akan membentuk bagaimana taksi tanpa pengemudi diterapkan di kota-kota lain secara global.
Pada akhirnya, kembalinya taksi otonom ke San Francisco bukan hanya soal teknologi; ini tentang kepercayaan publik, kerangka peraturan, dan kemampuan industri untuk mengatasi masalah keselamatan yang sah.






















