Sektor kecerdasan buatan (AI) terus mengalami pertumbuhan yang luar biasa, namun pertumbuhan pesat ini dibayangi oleh kekhawatiran mengenai stabilitas jangka panjangnya. Nvidia, produsen utama chip komputer yang mendukung AI, baru-baru ini melaporkan laba kuartalan hampir $32 miliar – peningkatan sebesar 65% dari tahun ke tahun dan peningkatan yang mengejutkan sebesar 245% dari dua tahun sebelumnya.

Rekor Pendapatan di Sektor Teknologi

Valuasi Nvidia melampaui $5 triliun pada tiga minggu lalu, menandai tonggak sejarah bagi perusahaan publik. Lonjakan nilai ini tercermin dalam industri teknologi, dengan Microsoft, Google, Apple, dan Amazon secara kolektif melaporkan laba lebih dari $110 miliar pada kuartal terakhir mereka. Angka-angka ini menandakan keuntungan finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya yang didorong oleh booming AI saat ini.

Perdebatan Mengenai Gelembung AI

CEO Nvidia Jensen Huang menepis kekhawatiran tentang gelembung AI, dengan menyatakan bahwa perusahaan melihat “sesuatu yang sangat berbeda” dari perkiraan yang pesimistis. Namun, beberapa analis industri memperingatkan bahwa pertumbuhan ini mungkin tidak berkelanjutan. Permintaan terhadap chip Nvidia tidak selalu menunjukkan adopsi AI yang meluas oleh pengguna akhir, namun mencerminkan perusahaan yang berinvestasi besar-besaran dalam membangun sistem AI yang besar untuk mengantisipasi pendapatan di masa depan.

Volatilitas Pasar dan Risiko yang Mendasari

Reli pasar awal yang dipicu oleh pendapatan Nvidia hanya berumur pendek, dengan harga saham perusahaan tersebut turun sekitar 3% pada akhir Kamis. Pembalikan ini memicu penurunan pasar yang lebih luas, dengan S&P 500 turun 1,6% pada hari yang sama. Volatilitas ini menggarisbawahi rapuhnya lonjakan pasar yang didorong oleh AI saat ini.

Persoalan utamanya bukanlah apakah AI bersifat transformatif—hal ini memang transformatif—tetapi apakah penilaian yang ada saat ini dapat dibenarkan oleh aliran pendapatan aktual. Ekspansi yang cepat bergantung pada investasi spekulatif, dan koreksi pasar dapat menyebabkan aset dinilai terlalu tinggi.

Kesimpulannya, meskipun pertumbuhan AI menghadirkan peluang yang signifikan, kondisi pasar yang mendasarinya masih sulit, dan keberlanjutan jangka panjang dari penilaian saat ini masih jauh dari jaminan.